Setinggi-tinggi Ilmu, Semurni-murni Tauhid, Sepintar-pintar Siasat
(H.O.S Tjokroaminoto)
H.O.S Cokroaminoto |
Sejak tahun 1995, setiap tanggal 2 Mei selalu diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Setiap kali orang berbicara tentang pendidikan, selalu diidentikkan dengan seorah tokoh nasional bernama Ki Hajar Dewantara. Dengan slogan pendidikannya ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tutwuri Handayani. Namun, pada tahun 2015 ini sedang booming seorang tokoh Nasional yang fenomenal, terlepas karena efek dari biografi beliau yang sudah difilmkan atau tidak, yaitu H.O.S Cokroaminoto.
Sebelumnya, Cokroaminoto cenderung lebih dikenal sebagai tokoh politik dibandingkan sebagai tokoh pendidikan karena kiprahnya dalam Organisasi Syarikat Islam. Terlepas dari itu semua, mari kita menelaah beberapa pemikiran pendidikan H.O.S Tjokroaminoto sebagai berikut.
Pertama, pendidikan harus berdasarkan pada sumber Islam yakni Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Menurut H.O.S. Cokroaminoto ilmu harus diperoleh dengan akal, tetapi tidak boleh dipisahkan dari pendidikan budi pekerti dan pendidikan rohani. Ia mengakui bahwa Islam yang bersumber Al-Qur‟an dan Al-Hadits itulah yang memajukan berbagai ilmu. Oleh karena itu pendidikan harus berdasar dan tidak menyimpang dari sumber Islam tersebut.
Kedua, tujuan pendidikan (kebangsaan) yang ingin dicapai menurut H.O.S. Cokroaminoto adalah untuk menjadikan anak didik sebagai seorang muslim yang sejati dan sekaligus menjadi seorang nasionalis yang berjiwa besar penuh kepercayaan kepada diri sendiri.
Sebagai muslim yang sejati dan sekaligus nasionalis hendaknya mempunyai keseimbangan baik ilmu umum maupun ilmu agama. Maka disamping mempunyai akal yang cerdas juga harus mempunyai budi pekerti yang utama, hidup sederhana punya keberanian dan kemandirian, serta cinta tanah air.
H.O.S. Cokroaminoto lebih jauh merumuskan sistem pendidikan yang Islami dengan menganjurkan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum, dan pendidikan harus dapat mempertebal perasaan kebangsaan, bukan sebaliknya mengagung-agungkan budaya asing dan tercerabut dari akar budaya sendiri. Berkaitan dengan masalah tersebut harus ada lembaga Islam yang mengelola pendidikan kebangsaan baik secara informal maupun non formal. Pendidikan tersebut harus bertujuan mengangkat derajat dan martabat kemanusiaan dari setiap individu manusia.
Ketiga, prinsip pendidikan kebangsaan yang dikehendaki oleh H.O.S. Cokroaminoto adalah cinta tanah air yaitu sekuat tenaga mengadakan pendidikan untuk menanamkan perasaan kebangsaan; memiliki keberanian yaitu selalu menanamkan rasa keberanian terutama jihad (bekerja keras mempropagandakan dan melindungi Islam) karena hal itu termasuk bagian dari iman; dan menanamkan sifat kemandirian, maksudnya setiap orang harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan pantang memakan hasil pekerjaan orang lain dan mampu mandiri tidak menggantungkan kepada orang lain.
Rasanya tidak pas jika kita membanding-bandingkan antara tokoh satu dengan tokoh yang lain. Oleh karenanya yang patut kita lakukan adalah bagaimana pemikiran-pemikiran para tokoh tersebut dapat kita implementasikan dalam kehidupan kita masing-masing, sehingga bangsa ini semakin maju dan menjadi bangsa yang besar.
Untuk itu, marilah melalui Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita jadikan momentum introspeksi untuk mengoreksi diri serta lebih memacu semangat berinovasi dan berkreasi guna penyelenggaraan pendidikan ke depan yang lebih baik. Apakah pendidikan sekarang ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh cita-cita bangsa yang dituangkan dalam undang-undang ?
Selamat Hari Pendidikan Nasional....!!!
0 komentar:
Posting Komentar
1. Berkomentarlah dengan sopan.
2. Silahkan membuka Lapak tetapi tidak dengan menyertakakn Link Hidup,
3. Komentar yang berbau sara / pornografi akan saya hapus.
4. Mari budayakan Komentar dengan menggunakan Bahasa Ibu.