Tempat Berbagi Tugas Kuliah

Selasa, 17 Maret 2015

Ilmu “Goblok” Bob Sadino

Pustaka Tarbiyah

Bob Sadino (foto : wikipedia.com)

Bob Sadino memiliki nama asli Bambang Mustari Sadino lahir di Bandar Lampung (dulu Tanjung Karang), 9 Maret 1933 –meninggal di Jakarta, 19 Januari 2015 pada umur 81 tahun, setelah sempat dirawat selama dua pekan di Rumah Sakit Pondok Indah, pada 19 Januari 2015, sore hari pkl. 18.05, Ia meninggal dunia karena sakit adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.

Meninggalnya pengusaha senior “Om Bob,” meninggalkan kesan tersendiri di benak masyarakat. Sebagian orang mengenalnya sebagai pengusaha unik dan nyentrik. Sebagian lagi terinspirasi dan termotivasi dari seminar kewirausahaan yang beliau bawakan. Bahkan Menteri Susi Pudjiastuti menyebutnya sebagai tokoh perubahan.

Om Bob adalah pembicara yang memiliki pola dan gaya komunikasi provokatif, tak jarang Om Bob meng-“goblok”-kan peserta yang hadir. Uniknya, bukan amarah yang timbul, tapi justru antusiasme dan tepuk tangan riuh gemuruh peserta yang didapat pengusaha yang sukses berjualan sayur itu. Dengan Jurus “Goblok”-nya, pengusaha berambut perak itu berhasil menyulut semangat pengusaha muda harapan bangsa. Beberapa ilmu “goblok” yang Ia wariskan diantaranya adalah :

Pertama, siapa pun bisa jadi pengusaha sukses jika gigih dan ulet untuk mencapai 4 fase. yakni fase Kampus atau Teori, fase Masyarakat atau Jalanan, fase Jagoan atau Terampil, dan fase Entrepreneur atau Ahli.

Fase Kampus (Teori), kehidupan seseorang yang belajar untuk mengetahui sesuatu. Ia mempelajari teori dengan berbagai analisis, namun minim praktek. Contohnya orang yang ingin bisa berenang. Mereka mempelajari cara berenang serta gaya dan teknik berenang dari buku, namun belum mempraktekkannya langsung.

Fase Masyarakat, seseorang yang sudah mulai memperaktekkan apa yang telah diketahuinya di masyarakat atau jalanan. Teori-teori tersebut perlu dibuktikan dalam praktek lapangan yang lebih riil. Misalnya, sebut saja Udin ingin dapat berenang. Dengan hanya mengetahui dan menghapal seluruh teknik dan gaya berenang, Udin belum dikatakan bisa berenang. Untuk dapat berenang, Udin harus terjun langsung ke kolam. Pada awalnya, boleh jadi Udin hanya mampu bertahan beberapa detik di air, susah mengatur nafas, bahkan minum air kolam. Namun, setelah beberapa kali mencoba, ia sudah bisa berenang dengan lebih baik.

Fase Jagoan, seseorang yang gigih dan ulet untuk terus meningkatkan keterampilannya. Jika sebelumnya Udin hanya menguasai satu gaya berenang, kini berlatih untuk menguasai beberapa gaya. Kalau sebelumnya hanya bisa berenang di nomor 100 meter, kini mencoba nomor 400 meter. Udin mungkin mulai mengikuti kejuaraan renang yang diadakan tingkat provinsi bahkan nasional. Pada fase ini Udin sudah bisa disebut “Jagoan.”

Fase Entrepreneur atau Ahli, seseorang yang sudah ahli di bidangnya sehingga menjadi rujukan dalam keahlian yang dimiliki. Setiap kejuaraan hampir dapat dimenangkan. Pada titik ini, bisa jadi yang bersangkutan mampu mengajarkan kesuksesannya pada orang lain. Dalam konteks bisnis, entrepreneur sukses menurut Om Bob masuk ke dalam fase ini.

Memiliki pendidikan formal bagus, tapi itu tidak cukup. Gelar apa pun yang dimiliki oleh seorang berpendidikan formal baru masuk ke dalam fase 1. Bahkan seandainya tidak berpendidikan (baca: formal) pun bisa asal mau jadi pengusaha. Itu artinya bahwa masih ada 3 fase lagi yang harus dilalui. Jika tidak mampu melalui 3 fase berikutnya maka bisa dikatakan gagal menjadi pengusaha.

Kedua adalah jam terbang. Perlu waktu untuk mencapai fase 4 atau
pengusaha sukses dan jam terbang lah yang dapat mempercepat pencapaian itu. Jam terbang mewakili kegigihan dan keuletan. Malcom Galdwell, penulis buku Outliers, memiliki angka keramat untuk dapat menentukan kesuksesan seseorang dalam kariernya. Angka itu adalah 10.000 jam. Untuk jadi pengusaha sukses, mau tidak mau ia harus bertahan menjalani usahanya setidaknya selama itu. Maka jangan heran, pengusaha yang sukses, semisal Bapak Chairul Tanjung, rela menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk mengurusi bisnisnya. Untuk kesuksesan ada harga yang harus dibayar.

Ketiga adalah kemauan belajar. Banyak dari entrepreneur pemula yang mengangkat bendera putih alias gagal sebelum sampai kepada fase 4. Berdasarkan data Bloomberg yang dirilis oleh situs forbes bahwa 8 dari 10 entrepreneur yang memulai usaha ternyata gagal dalam 18 bulan awal. Dengan demikan hanya sebagian kecil yang berhasil.

Membangun usaha tidak hanya bermodal semangat dan kerja keras, namun kerja cerdas. Hal tersebut dapat dilakukan jika entrepreneur memiliki kemauan belajar. Oleh karena menjadi entrepreneur berbeda dengan menjadi karyawan, maka ilmunya pun berbeda.

Ketika seseorang memutuskan menjadi entrepreneur, banyak ilmu yang perlu dipelajari, seperti bagaimana menghadapi modal yang terbatas, mengatur cashflow, mengelola pelanggan, meningkatkan produktivitas karyawan, membangun komunikasi dengan stakeholder, menghadapi persaingan, mengatur berbagai aktivitas yang harus dilakukan, dan masih banyak lagi. Kemauan belajar akan menuntut entrepreneur mampu menghadapi berbagai tantangan bisnis yang ada.

Dengan demikian, 3 prasyarat di atas, yaitu kemauan jadi pengusaha, kesiapan bekerja keras, dan kemauan belajar mampu menuntun para entrepreneur pemula sukses mencapai impiannya.

Kini, Om Bob telah tiada, namun semangat kewirausahaanya tetap hidup dan diakui oleh masyarakat. Banyak ide sederhana namun mencerahkan yang berhasil ditularkannya kepada para entrepreneur muda. Sebagaimana impian yang pernah dilontarkannya, “Saya tidak mau pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki, terkubur bersama tubuh saya ketika mati kelak.”

Selamat Jalan “Om Bob”, sang inspirator entrepreneur Indonesia !

Sumber : http://ppm-manajemen.ac.id/nasihat-goblok-untuk-pengusaha-muda/ (disajikan kembali dengan sedikit perubahan)

0 komentar:

Posting Komentar

1. Berkomentarlah dengan sopan.
2. Silahkan membuka Lapak tetapi tidak dengan menyertakakn Link Hidup,
3. Komentar yang berbau sara / pornografi akan saya hapus.
4. Mari budayakan Komentar dengan menggunakan Bahasa Ibu.

 

Resources

Hitstats Counter