Tempat Berbagi Tugas Kuliah

Selasa, 17 Maret 2015

Brand “Speedy” Milik Telkom Akan Mati

Pustaka Tarbiyah

Brand Speedy
Telkom akhirnya memutuskan membunuh brand "Speedy". Ya, pelan-pelan speedy akan dimatikan. Diganti brand IndiHome. 

Setelah layanan TV kabel Telkomvision-nya dijual ke Trans Group, lalu Flexy-nya lenyap (yang hingga kini belum juga tuntas mengurus migrasinya seluruh pelanggannya) kini giliran speedy yg akan dimatikan. Kisah muram seperti itu mungkin wajah dari kegagalan beradaptasi dengan revolusi bisnis digital yang berubah dengan cepat. Kisah Telkom barangkali juga memberikan pelajaran krusial tentang change management.

Pergantian Speedy ke Indihome merupakan strategi jurus dewa mabuk telkom. Blundernya sudah berkali-kali, Untung telkom yg punya telkomsel. Kalau tidak, sudah lama telkom jadi dinosaurus dan masuk museum. Jumlah karyawan telkomsel 20% total karyawan telkom. Namun sumbang profit 80% dari total profit telkom. Kenapa tidak sekalian telkom-nya ditutup.

Pengalaman penulis bersama speedy, tarifnya selalu berganti-ganti. Bahkan dalam satu bulan biaya pasang baru bisa berubah sampai tiga kali. Sehingga jika ada teman atau kolega saya minta bantuan untuk pasang baru speedy saya selalu kontak petugas lapangan dulu apakah sedang ada tarif promo atau tidak. Jika tidak ada, terpaksa harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan tarif yang diinginkan. Namun itu akan menjadi masa lalu. Brand yang punya slogan “dunia dalam genggamanmu” itu hanya akan menjadi cerita saja.

Kini telkom menggebrak dengan IndiHome. Full fiber optik. Bisa sampe 100 MB. Ambisi, speedy dimatikan lalu pindah semua ke indiHome. Namun promosi indiHome di kanal online sama sekali belum terpadu. Webnya saja baru siap. Info minim. Info harga ndak ada di webnya. Pas mau apply ke web IndiHome, malah “dibuang” ke web lain. Web ini tidak mobile friendly. Dan susah dibaca seperti web kelas Desa. Waktu akhirnya pasang Indihome di rumah, speed 10MB, petugas minta uang tambahan 250 ribu, yg tdk tercantum di web resmi. Tim sales bilang speed 10 MB unlimited biaya 300 rb/bulan. Pas ditagih, biaya 465 ribu. Orang penagihan bilang, sales nggak info. "Oalah, le, le......! Sampeyan jualan pisang goreng saja le". "Ndak usah ngurus bisnis digital kalau gak jelas begini."

IndiHome produk bagus. Harga promosi oke, meski harga normal agak mahal. Normal 10 MB unlimited biaya 450 ribu/bulan. Bonus TV kabel. Namun sayang, upaya promosi tampak tidak terpadu. Sampai saat ini tidak banyak orang yang tahu. Proses instalasi juga tidak terkoordinasi dg baik. Kurang elok untuk perusahaan sekelas Telkom.

Apa pelajaran dari kegagalan demi kegagalan dan layanan yang relatif buruk tersebut?

Telkom mungkin menderita sindrom Big BUMN Company (sama seperti BUMN lain yang berada pada industri yang kurang kompetitif, seperti PLN, KAI, Jasa Marga atau Angkasa Pura). Sindrom itu adalah : lamban, kurang lincah, tidak kreatif, terlalu birokratis dan seringkali koordinasi internal antar divisinya buruk. Mungkin itu juga karena mayoritas manajer senior di Telkom rata-rata sudah berusia diatas 45 tahun (terlalu dalam ukuran industri digital yang dinamis). Sama seperti Sony – yang didominasi karyawan tua – maka iklim kreativitas yang segar pelan-pelan surut, dan lamban bergerak.

Kalau saja, seluruh posisi kunci Telkom dipegang oleh anak muda usia 25-an tahun yang kreatif dan paham benar dengan dunia digital, barangkali nasib mereka akan menjadi lebih baik. Namun tentu saja ini hanya angan-angan belaka.

IndiHome adalah pertaruhan besar bagi Telkom. Kegagalan produk ini bisa membuat masa depan mereka kian suram dan tidak relevan.

Kita tunggu saja perkembangannya, apakah brand pengganti speedy ini (baca: IndiHome) akan bisa berkembang atau justru menjadi bumerang bagi PT. Telkom.

0 komentar:

Posting Komentar

1. Berkomentarlah dengan sopan.
2. Silahkan membuka Lapak tetapi tidak dengan menyertakakn Link Hidup,
3. Komentar yang berbau sara / pornografi akan saya hapus.
4. Mari budayakan Komentar dengan menggunakan Bahasa Ibu.

 

Resources

Hitstats Counter